Wednesday, December 2, 2009

ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGANARITMIA

. Definisi
Gangguan irama
jantung atau aritmia
merupakan komplikasi
yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia
atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau
otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi
ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk
potensial aksi yaitu
rekaman grafik aktivitas
listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung
tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut
jantung tapi juga
termasuk gangguan
kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).
B. Etiologi
Etiologi aritmia
jantung dalam garis
besarnya dapat
disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung,
misalnya demam
reumatik, peradangan
miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner
(aterosklerosis koroner
atau spasme arteri
koroner), misalnya
iskemia miokard, infark
miokard.
3. Karena obat (intoksikasi)
antara lain oleh digitalis,
quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan
elektrolit (hiperkalemia,
hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan
susunan saraf autonom
yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik
dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik
(asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin
(hipertiroidisme,
hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung
karena kardiomiopati atau
tumor jantung
10. Gangguan irama jantung
karena penyakit
degenerasi (fibrosis
sistem konduksi jantung).
C. Manifestasi Klinik
1. Perubahan TD ( hipertensi
atau hipotensi ); nadi
mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun;
kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun
berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut,
sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/
kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi)
mungkin ada
menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena
tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
5. demam; kemerahan kulit
(reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema
(trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/
kekuatan
D. Pemeriksaan Penunjang
EKG : menunjukkan pola
cedera iskemik dan
gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek
ketidakseimbangan
elektrolit dan obat
jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran
EKG (24 jam) mungkin
diperlukan untuk
menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh
gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek
obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat
menunjukkanpembesaran
bayangan jantung
sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau
katup
4. Skan pencitraan miokardia :
dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan
miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu
gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat
dilakukan utnnuk
mendemonstrasikan
latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau
penurunan kalium, kalsium
dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat
menyatakan toksisitas
obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan
interaksi obat contoh
digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid :
peningkatan atau
penururnan kadar tiroid
serum dapat
menyebabkan.meningkatkan
disritmia.
9. Laju sedimentasi :
Penignggian dapat
menunukkan proses
inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai
faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri :
Hipoksemia dapat
menyebabkan/
mengeksaserbasi
disritmia.
E. Penatalaksanaan Medis
erapi medis
Obat-obat antiaritmia
dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium
channel blocker
1) Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang
digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya
atrial fibrilasi atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel
ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai
anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut
dan berulang
2) Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia
ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel
takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia
entrikel dan VT
3) Kelas 1 C: Flecainide untuk
ventrikel ektopik dan
takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta
adrenergik blokade):
Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi
jantung, angina pektoris
dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong
repolarisation):
Amiodarone, indikasi VT,
SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium
channel blocker):
Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
erapi mekanis
1. Kardioversi : mencakup
pemakaian arus listrik
untuk menghentikan
disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur
elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi
asinkronis yang digunakan
pada keadaan gawat
darurat.
3. Defibrilator kardioverter
implantabel : suatu alat
untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode
takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi
ventrikel.
4. Terapi pacemaker : alat
listrik yang mampu
menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
Pengkajian
1. Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga
contoh penyakit jantung,
stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya
(disritmia), kardiomiopati,
GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
Penggunaan obat digitalis,
quinidin dan obat anti
aritmia lainnya
kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD
( hipertensi atau
hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban
berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin
menruun bila curah
jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan
gugup, perasaan
terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah,
menangis.
4. Makanan/cairan : hilang
nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban
kulit
5. Neurosensori : pusing,
berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan :
nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat
antiangina, gelisah
7. Pernafasan : penyakit paru
kronis, nafas pendek,
batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman
pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena
tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam;
kemerahan kulit (reaksi
obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis
siperfisial); kehilangan
tonus otot/kekuatan
Diagnosa keperawatan
dan Intervensi
Resiko tinggi penurunan
curah jantung
berhubungan dengan
gangguan konduksi
elektrikal, penurunan
kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/
meningkatkan curah
jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi
dalam rentang normal,
haluaran urin adekuat,
nadi teraba sama, status
mental biasa
2. Menunjukkan penurunan
frekuensi/tak adanya
disritmia
3. Berpartisipasi dalam
aktivitas yang
menurunkan kerja
miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral,
dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan,
amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung,
catat frekuensi, irama.
Catat adanya denyut
jantung ekstra, penurunan
nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji
keadekuatan curah
jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan
catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok
jantung
5. Berikan lingkungan tenang.
Kaji alasan untuk
membatasi aktivitas
selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong
penggunaan perilaku
pengaturan stres misal
relaksasi nafas dalam,
bimbingan imajinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat
lokasi, lamanya, intensitas
dan faktor penghilang/
pemberat. Catat petunjuk
nyeri non-verbal contoh
wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi
jantung paru sesuai
indikasi
9. Kolaborasi :
10. Pantau pemeriksaan
laboratorium, contoh
elektrolit
11. Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi
12. Berikan obat sesuai
indikasi : kalium,
antidisritmi
13. Siapkan untuk bantu
kardioversi elektif
14. Bantu pemasangan/
mempertahankan fungsi
pacu jantung
15. Masukkan/pertahankan
masukan IV
16. Siapkan untuk prosedur
diagnostik invasif
17. Siapkan untuk
pemasangan otomatik
kardioverter atau
defibrilator
Kurang pengetahuan
tentang penyebab atau
kondisi pengobatan
berhubungan dengan
kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/
kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
1. menyatakan pemahaman
tentang kondisi, program
pengobatan
2. Menyatakan tindakan yang
diperlukan dan
kemungkinan efek
samping obat
Intervensi :
1. Kaji ulang fungsi jantung
normal/konduksi
elektrikal
2. Jelakan/tekankan masalah
aritmia khusus dan
tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
3. Identifikasi efek merugikan/
komplikasiaritmia khusus
contoh kelemahan,
perubahan mental,
vertigo.
4. Anjurkan/catat pendidikan
tentang obat. Termasuk
mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan
minum obat; apa yang
dilakukan bila dosis
terlupakan
5. Dorong pengembangan
latihan rutin, menghindari
latihan berlebihan
6. Kaji ulang kebutuhan diet
contoh kalium dan kafein
7. Memberikan informasi
dalam bentuk tulisan bagi
pasien untuk dibawa
pulang
8. Anjurkan psien melakukan
pengukuran nadi dengan
tepat
9. Kaji ulang kewaspadaan
keamanan, teknik
mengevaluasi pacu
jantung dan gejala yang
memerlukan intervensi
medis
10. Kaji ulang prosedur untuk
menghilangkan PAT
contoh pijatan karotis/
sinus, manuver Valsava
bila perlu

No comments:

Post a Comment