Wednesday, December 2, 2009

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER DAN KONDOM KATETER

Tindakan
pemenuhan
kebutuhan
eliminasi urin
ini dilakukan
pada klien
yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan
eliminasi urin secara
mandiri di kamar kecil.
Tindakan ini dilkukan
dengan menggunakan tiga
cara yaitu dengan
menggunakan pispot
(penampung), kateter
(selang), dan kondom.
Penyakit ginjal utamanya
akan berdampak pada
sistem tubuh secara
umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan
urine. Gangguan urin yang
lainnya disebabkan oleh
Inkopenten outlet
kandung kemih,
penurunan kapasitas
kandung kemih,
penurunan tonus otot
kandung kemih,
kelemahan otot dasar
panggul.
Beberapa masalah yang
sering muncul anatara
lain :
1. Retensi
Ialah penumpukan urine
acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan
kandung kemih untuk
mengosongkan sendiri.
Kemungkinan disebabkan
oleh operasi pada daerah
abdomen bagian bawah,
kerusakan ateren,
penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda yang
dimungkinkan akan terjadi
yaitu Ketidak nyamanan
daerah pubis, distensi dan
ketidaksanggupan untuk
berkemih, urine yang
keluar dengan intake tidak
seimbang, meningkatnya
keinginan
berkemih.rencana
tindakan yang akan
dilakukan biasanya
dengan latihan kembali
kandung kemih atau
pengkondisian kembali,
Ajarkan individu
meregangkan abdomen
dan melakukan manuver
vaiava’s, Ajarkan
manuver crede’s,
Ajarkan individu regangan
anal. Ajarkan individu
regangan anal. Catatan
masukan dan keluaran
teknik mana yang
digunakan untuk
menimbulkan berkemih.
2. Enuresis / Tinusis
Ialah keluarnya kencing
yang sering terjadi pada
anak-anak umumnya
malam hari. Kemungkinan
penyebabnya adalah
Kapasitas kandung kemih
lebih kecil dari normal,
Kandung kemih yang
iritable, Suasana
emosiaonal yang tidak
menyenangkan, ISK atau
perubahan fisik atau
revolusi.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan untuk
pasien yang mengalami
enuresis adalah sebagai
berikut : Jelaskan sifat
enuresis pada orang tua
dan anak, Jelaskan pada
orang tua bahwa rasa
tidak setuju adalah hal
yang tidak menghentikan
enuresis tetapi akan
membuat anak jadi malu,
dan takut, Tawarkan
keyakinan pada anak
bahwa anak lain pu
membasahi tempat tidur
mereka dimalam hari.
Ajarkan juga pada mereka
beberapa hal sebagai
berikut : Beri dorongan
untuk menunda berkemih,
Menyuruh anak berkemih
sebelum tidur, Membatasi
cairan selama waktu tidur,
Jika anak terbangun
malam hari untuk
berkemih kuatkan
dorongan itu.
3. Inkontinensis
Ialah bak yang tidak
terkontrol. Jenis-jenisnya
ada dua yaitu
Inkontinensio Fungsional/
urge, Inkontinensia Stress,
Inkontinensia Total.
• Inkontinensio
Fungsional/urge
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
inkontine karena kesulitan
dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk
mencapai toilet sebelum
berkemih.
Faktor penyebabnya
adalah : Kerusakan untuk
mengenali isyarat
kandung kemih,
Penurunan tonur kandung
kemih, Kerusakan
moviliasi, depresi, anietas,
lingkungan dan lanjut usia.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah :
Kaji kemundura sensori,
Kaji kemunduran motorik,
Kurangi hambatan
lingkungan, Ajarkan
toileting untuk individu
dengan kemundura
kognitif, Ajarkan toileting
untuk individu dengan
keterbatasan fungsi
tangan.
• Inkontinensia Stress
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
pengeluaran urine segera
pada peningkatan dalam
tekanan intra abdomen.
Faktor penyebabnya
adalah : Inkomplet outlet
kandung kemih, Tingginya
tekanan infra abdomen,
Kelemahan atas peluis dan
struktur pengangga,
Lanjut usia.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah
sebagai berikut : Kaji pola
berkemih dan masukan
cairan, Latihan kekuatan
dengan latihan kegel,
Ajarkan untuk mengurangi
tekanan infra abdome,
Ajarkan untuk
menghentikan dan
memulai aliran urin tiap
kali berkemih.
• Inkontinensia Total.
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat
diperkirakan.
Faltorpenyebabnya
adalah : Penurunan
Kapasitas kandung kemih,
Penurunan isyarat
kandung kemih, Efek
pembedahan spinkter
kandung kemih,
Penurunan tonus kandung
kemih, Kelemahan otot
dasar panggul, Penurunan
perhatian pada isyarat
kandung kemih.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
Pertahankan hidrasi yang
optimal, Tingkatkan
berkemih, Berikan
motivasi untuk
meningkatkan kontrol
kandung kemih, Kaji
partisipasi individu dalam
program latihan ulang
kandung kemih, Kaji pola
berkemih, Ajarkan
pencegahan infeksi
saluran kemih.
4. Perubahan Pola
1. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi
berkemih karena
meningkatnya cairan.
2. Urgency
Perasaan seseorang harus
berkemih.
3. Disaria
Adanya rasa sakit atau
kesulitan dalam berkemih.
4. Urinari Suprei
Keadaan yang mendesak
dimana produksi urine
sangat kurang.
PROSEDUR PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN
MENGGUNAKAN URINAL
UNTUK BERKEMIH
• Tujuan
– Memenuhi kebutuhan
eliminasi perkemihan
• Alat dan bahan
– Urinal
– Pengalas
– Tisu
• Prosedur Kerja
– Jelaskan prosedur pada
klien
– Cuci tangan
– Pasang alat urinal di
bawah glutea
– Lepas pakaian bawah
pasien
– Letakkan urinak di
bawah bokong (untuk
wanita) atau di antara
kedua paha dengan ujung
penis masuk ke lubang
urinal (untuk pria)
– Anjurkan pasein untuk
berkemih
– Setelah selesai,
bersihkan dengan tisu
kamar mandi
– Rapikan alat
– Cuci tangan, catat
prosedur, warna dan
jumlah urine
KATETERISASI PERKEMIHAN
• Tujuan
– Menghilangkan
ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih
– Mendapatkan urine
steril untuk spesimen
– Pengkajian residu urine
– Penatalaksanaan pasien
yang dirawat karena
trauma medula spinalis,
gangguan neuromuskular
atau inkompeten kandung
kemih serta pascaoperasi
besar
– Mengatasi obstruksi
aliran urine
– Mengatasi retensi
perkemihan
• Alat dan bahan
– Sarung tangan steril
– Kateter steril (sesuai
dengan ukuran dan jenis)
– Duk steril
– Minyak pelumas / jeli
– Larutan pembersih
antiseptik (kapas
sublimat)
– Spuit yang berisi cairan
atau udara
– Perlak
– Pinset anatomi
– Bengkok
– Kantong penampung
urine
– Sampiran
• Prosedur kerja
– Pemasangan kateter
perkemihan pria
• Jelaskan prosedur
• Cuci tangan
• Pasang sampiran
• Pasang perlak
• Gunakan sarung tangan
steril
• Pasang duk steril
• Tangan kiri memegang
penis lalu prepusium
ditarik sedikit ke
pangkalnya dan bersihkan
dengan kapas sublimat
• Kateter diberi minyak
pelumas pada ujungnya ( +
12, 5 – 17, 5 cm) lalu
masukkan perlahan ( + 17,
5 – 20 cm) dan sambil
anjurkan pasien menarik
napas dalam
• Jika tertahan jangan
dipaksa
• Setelah kateter masuk,
isi balon dengan cairan
aquades atau sejenisnya
untuk kateter menetap,
dan bila intermiten tarik
kembali sambil pasien
diminta untuk menarik
napas dalam
• Sambung kateter
dengan kantung
penampung dan fiksasi ke
arah atas paha/abdomen
• Rapikan alat
• Cuci tangan setelah
prosedur dilaksanakan
• Catat prosedur dan
respons pasien
– Pemasangan kateter
perkemihan wanita
• Jelaskan prosedur
• Cuci tangan
• Pasang sampiran
• Pasang perlak
• Gunakan sarung tangan
steril
• Pasang duk steril di
sekitar alat genital
• Bersihkan vulva dengan
kapas sublimat dengan
arah dari atas ke bawah
(kurang lebih 3 kali hingga
bersih)
• Buka labia mayora
dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri dan
bersihkan bagian dalam
• Kateter diberi minyak
pelumas pada ujungnya ( +
2, 5 – 5 cm) lalu masukkan
perlahan dan minta pasien
menarik napas dalam,
masukkan (2, 5 – 5 cm)
atau hingga urine keluar
• Setelah selesai isi balon
dengan cairan aquades
atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk
kateter menetap dan bila
intermiten tarik kembali
sambil pasien menarik
napas dalam
• Sambung kateter
dengan kantong
penampung urine dan
fiksasi ke arah samping
• Cuci tangan setelah
prosedur dilaksanakan
• Catat prosedur dan
respons pasien
MEMASANG KONDOM
KATETER
• Tujuan
– Mempertahankan
higiene perineal pasien
inkontinesia
– Mempertahankan
eliminasi perkemihan
• Alat dan bahan
– Sarung tangan
– Air sabun
– Pengalas
– Kateter kondom
– Kantong penampung
urine
– Sampiran
Prosedur kerja
– Jelaskan prosedur
– Cuci tangan
– Pasang sampiran
– Pasang perlak
– Gunakan sarung tangan
– Atur posisi pasien
telentang
– Bersihkan daerah
genitalia dengan air sabun,
bilas dengan air hingga
bersih kemudian
keringkan
– Lakukan pemasangan
kondom dengan disisakan
2, 5 – 5 cm ruang antara
glans penis dengan ujung
kondom
– Lekatkan pangkal
kateter dengan perekat
elastis dan jangan terlalu
ketat
– Hubungkan ujung
kondom kateter dengan
kantong penampung urine
– Rapikan alat
– Catat prosedur dan
respons pasien

No comments:

Post a Comment